Masjid Al-Mujahidin

Masjid di dalam lingkungan Pondok Pesantren Al-Mujahidin yang digunakan untuk peribadahan sivitas pondok pesantren dan masyarakat umum, sekaligus tempat pembelajaran dan kegiatan keagamaan lainnya

Kegiatan Kesantrian

Berbagai kegiatan aktif baik di dalam lingkungan pondok pesantren maupun di luar pesantren sering kali dilakukan dan diikuti untuk mengasah bakat dan keterampilan para santri

Rutinitas

salah seorang ustadz senior, Ustadz Qodar sedang memberikan taushiyah kepada para santri di masjid pondok pesantren, sebuah rutinitas yang sering dilakukan dalam rangka memberikan pelajaran, nasihat, bimbingan dan arahan

Rabu, 01 Oktober 2008

Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren

Kondisi perekonomian masyarakat yang sangat memperihatinkan dan tergolong menengah bawah, menyebabkan kesulitan biaya pendidikan bagi anak-anaknya. Padahal mereka sangat berkeinginan agar anaknya dapat melanjutkan kearah jenjang lebih tinggi, baik itu pendidikan umum maupun pendidikan agama. Kondisi masyarakat yang demikian menimbulkan keprihatinan para tokoh masyarakat setempat, baik itu ulama, cendikiawan maupun hartawan.

Kepribadian tersebut membuat mereka berkeinginan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan terutama agama. Faktor lain yang mendorong didirikannya pondok pesantren adalahuntuk mengenang jasa para pejuang dalam membela dan mempertahankan agama, bangsa dan negara. Generasi penerus ingin membuat karya nyata mengembang syiar islam, membangun bangsa dan negara dengan cara mendirikan pondok pesantren. Maksud mendirikan pondok pesantren tersebut adalah untuk mencetak generasi penerus sebagai pewaris dan penerus perjuangan agama, bangsa dan negara.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka pada tanggal 5 agustus 1991 (1 rajab 1412 H) secara resmi pondok pesantren yamg diberi nama Pondok Pesantren Tarbiyat Al-Muallimin Al-Islamiyah (TMI) Al-Mujahidin. Para pendirinya merupakan tokoh pejuang 45, ulama, cendikiawan, hartawan maupun tokoh  masyarakat lainnya yang sangat respek dengan pendidikan umum maupun pendidikan agama.

Berdirinya Pondok Pesantren Al-Mujahidin mendapat dukungan dan sambutan yang sangat antusias dari masyarakat. Walaupun masyakarat tingkat perekonomian masyarakat tegolong rendah, maka dengan sukarela membantu pembangunan pondok pesantren sesuai kemampuannya. Antusias lainnya adalah banyaknya orang tua yang memasukkan anaknya ke Pondok Pesantren Al-Mujahidin.

Pada awalnya didirikannya, pondok pesantren hanya memiliki satu unit bangunan untuk ruang belajar yang terdiri dari 3 ruang dan 1 ruang kantor, 1 unit asrama dengan 4 raungan, 1 unit bangunan WC/Kamar mandi(4 kamar/bilik). Seiring perjalanan waktu, pada saat ini fasilitas pondok pesantren bertambah mulai dari aula, ruang perpustakaan, asrama ustadz, ruangan belajar dan asrama bertambah dan juga ruangan koperasi.

Pengembangan pondok pesantren juga menyangkut santri. Pada awalnya, santri yang belajar di pondok pesantren hanya berjumlah 25 orang dengan alumni 12 orang. Pada tahun 2002 santri yang belajar di pondok sudah mencapai 110 orang dengan alumni sebanyak 55 orang. Sebagian besar dari santri tersebut merupakan santri mukim (90%) dan sisanya merupakan santri nonmukim (santri kalong).